Cerita ini diikutsertakan dalam lomba fantasy fiesta 2010, walau saya yakin bahwa saya tidak mungkin menang, paling tidak saya mendapat ulasan dari para master dalam dunia per-fantasi-an Indonesia
*cheers*
~Enjoy~
-------------------------------------------------------------------------
Dapatkah mereka para manusia itu sekali saja berterima kasih kepada kami?
Dengan menaburkan bibit kasih dan budi pekerti?
Tidak! Mereka tidak pernah peduli!
Hanya nafsu perut, kekuasaan semu, dan harta fana yang mereka turuti!
Sudah sungguh luar biasa kesabaran kami!
Tiga puluh delapan kali penciptaan awal dan akhir direkontruksi
Namun hasilnya tetap nihil tak berarti
Mereka mengulangi hal yang sama, persis setiap kali!
Sekarang biarkanlah mereka memegang sendiri...
Buku takdir akan nasib mereka yang selalu buta mata hati
[Catatan Fere : 201 – Heaven Palace]
Pernahkah kau merasa bahwa dirimu telah bersikap sangat sabar dan toleran dalam menghadapi seseorang yang kau sayangi namun bersikap sangat menyebalkan? Dan kau sudah, atau lebih tepatnya sudah berkali-kali memberi himbauan dan peringatan agar ia berubah dan tidak mengganggumu lagi?
Namun ia tetap mempertahankan sikap menyebalkannya itu dan mengacuhkan niat baikmu? Sampai emosi dan kesabaranmu meleleh, mendidih, dan menguap di suatu titik yang disebut “titik batas kesabaran”? Sehingga kau merasa ledakan bom atom bukanlah ancaman yang berarti dibandingkan dengan ledakan emosimu?
Mungkin itulah hal yang terjadi kepada Tuhan hari ini. Emosinya meledak-ledak tak karuan. Beberapa galaksi hancur karenanya. Dan seandainya tadi ia tak dihentikan, mungkin ia terpaksa mengulangi penciptaan kembali sampai ke nomor tiga puluh sembilan.
Ia kesal, sangat kesal.
Mungkin kalian belum tahu, bahwa hari ini adalah hari penciptaan kembali yang ke tiga puluh delapan, dan seperti biasa di penciptaan sebelumnya, ex-ciptaan favoritnya : manusia, melakukan kesalahan yang sama –lagi.