Thursday, September 16, 2010 | By: Life Stories

September Ceria-Hari Eronell

Cerpen ini diikut sertakan dalam lomba cerita anak -September Ceria yang diadakan oleh mbak cat di kemudian.com, link selengkapnya dapat dilihat di sini
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini adalah hari yang istimewa bagi para siswa Akademi Peri Pelangi. Hari ini adalah Hari Eronell. Hari Eronell adalah hari khusus di mana para siswa Akademi Peri Pelangi dilatih terjun langsung ke masyarakat untuk memulai pekerjaannya sebagai seorang peri.

Nah, ada beberapa jenis pekerjaan bagi para peri.

Ada peri yang bertugas sebagai peri pembawa hujan, mereka akan ditugaskan menemani Ratu Cuaca membawakan awan hujan ke berbagai daerah di dunia manusia.

Ada peri penumbuh bunga, tugas mereka adalah menanam benih bunga yang indah dan berwarna-warni seperti mawar, violet, anggrek, dan melati.

Ada peri yang bertugas untuk menemani manusia yang membutuhkan pertolongan, mereka adalah sang peri penolong.

Dan ada juga peri yang bertugas sebagai peri koki, tugas mereka adalah memasak makanan yang dapat mendatangkan kebahagiaan bagi manusia.

****

Seluruh siswa Akademi Peri Pelangi tersenyum gembira ketika kepala sekolah mereka, si Tua Geonardo mengumumkan pembukaan Hari Eronell, kepakan sayap peri-peri kecil itu dapat terdengar mendengung di seluruh penjuru Akademi Peri Pelangi. Menunjukkan bahwa mereka tidak sabar, dan berharap si Tua Geonardo segera menyelesaikan pidato panjangnya tentang pentingnya tanggung jawab dalam pekerjaan.

“Jadi, kalian harus bertanggung jawab dalam pekerjaan kalian...” Kata si Tua Geonardo.

“Mengutamakan kepentingan orang banyak...”

“Jangan malu bertanya, jika kalian tak mengerti...”

“Dan yang paling penting bersenang-senanglah!” Kata Geonardo sambil mengacungkan tongkat kayu sihirnya yang panjang membuat ledakkan kembang api di langit Akademi Peri Pelangi untuk membuka acara.




Dan benar saja. Dalam hitungan detik sejak si Tua Geonardo menciptakan kembang api pertanda Hari Eronell resmi dibuka, seluruh siswa Akademi Peri Pelangi telah berhamburan pergi meninggalkan lapangan upacara.

Semua siswa tampak bersemangat. Mellisa misalnya, peri kecil berambut jingga yang selalu mengenakan pakaian bermotif jeruk itu tampak sangat antusias, ia adalah peri pertama yang melesat meninggalkan lapangan ketika si Tua Geonardo baru saja menciptakan ledakan kembang api pertamanya.

Ia ditugaskan menjadi peri koki, dengan tubuhnya yang, ehmm.. agak gemuk, dan kemampuannya membuat berbagai macam kue yang enak-enak seperti kue nastar, bolu cokelat, kue apem, dan pai apel, bukan hal yang sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai peri koki.

Slurpss... lezat! Air liurnya menetes membayangkan dirinya dikelilingi berbagai macam makanan yang sedap-sedap itu.

Alex juga begitu, walau ia kalah cepat dengan kecepatan terbang Mellisa, Alex termasuk salah satu dari sepuluh peri pertama yang melesat meninggalkan lapangan upacara. Alex adalah peri penjaga hewan yang bertugas di Hutan Cahaya.

Selain menjaga hewan, Alex juga bertugas untuk merawat hewan-hewan yang sakit, dan menolong mereka jika mengalami kesulitan.

Alex sudah membayangkan terbang bersama kumpulan burung, berlomba lari bersama para kijang, dan tentu saja berenang bersama ikan-ikan di sungai.

Bahkan, si pendiam Yoel juga terlihat gembira, walau ia tidak terbang secepat Alex dan Mellisa, ia tetap antusias menjalankan tugasnya sebagai peri kata-kata. Peri kata-kata bertugas merangkai, dan mengatur kata-kata.

Para peri kata-kata bertugas menetapkan kata-kata mana yang baik untuk digunakan, biasanya itu meliputi kata-kata terima kasih dan pujian.

Peri kata-kata juga berhak melarang penggunaan kata-kata yang kasar, menghina, tidak sopan, atau menyakiti perasaan orang lain.

Biasanya peri kata-kata lebih sering ditugaskan di perpustakaan dunia manusia, namun karena Yoel masih kecil, ia ditugaskan untuk membacakan cerita di SD Bintang Harapan.

Yoel menerima tugas itu dengan senang hati, ia sangat suka membaca, dan ia lebih suka lagi membacakan cerita kepada anak-anak lain. Maka, tugas kali ini adalah pekerjaan impiannya.


Nah, sepertinya semua peri Akademi Peri Pelangi menikmati tugasnya, bukan begitu ??

Oh, ternyata tidak semua menikmatinya..

Lillith tampak lesu, kepakan sayapnya terdengar lemah, ia terbang dengan gontai, sudah sepuluh menit berlalu namun ia belum juga meninggalkan lapangan upacara Akademi Peri Pelangi. Ada apa gerangan??

Oh, ternyata Lillith khawatir, ia mendapatkan tugas yang menurutnya sangat sulit. Ia ditugaskan menjadi peri pengantar doa.

Peri pengantar doa? Pekerjaan macam apa itu?

Sesuai namanya, peri pengantar doa adalah peri yang ditugaskan untuk menyampaikan doa yang dipanjatkan manusia ke kerajaan langit. Di sanalah, penasihat kerajaan yang super sibuk akan memilih, dan menentukan doa-doa apa saja yang dapat dikabulkan.

Dan tentu saja karena Lillith masih anak-anak, ia ditugaskan untuk mengantarkan doa anak-anak. Sebenarnya tugas Lillith tidak terlalu sulit, ia hanya perlu terbang menuju anak-anak yang sedang berdoa, menghilangkan wujudnya supaya tidak kelihatan, mencatat doa anak itu pada selembar kertas dan menyampaikannya pada si penasihat kerajaan langit.

Lalu, apa yang Lillith khawatirkan?

Sebagai peri pengantar doa yang masih baru, Lillith hanya diberi tanggung jawab mengantar doa tiga anak di Kota Emerald. Mereka adalah Amellia, Fairuza, dan Phillips.

Lillith akan dianggap lulus jika ia dapat mengabulkan setidak-tidaknya dua dari tiga doa tersebut. Jika tidak Lillith akan gagal, dan harus mengulang lagi tahun depan.

Dan syarat untuk suatu doa dikabulkan adalah memberikan alasan mengapa doa tersebut pantas dikabulkan kepada penasihat kerajaan.

Lillith menghela nafas, tidak ada salahnya mencoba pikirnya, kemudian dengan ragu-ragu ia mengepakkan sayap merah mudanya dan terbang menuju kediaman Amellia.

****

Amellia adalah anak dari Tuan dan Nyonya Frederric –warga terkaya di Kota Emerald. Dengan kekayaannya itu,membelikan boneka-boneka, koleksi sepatu, dan pakaian terbaik untuk Amellia bukanlah masalah bagi mereka.

Amellia juga mempunyai dua sahabat yang baik hati dan setia, mereka adalah Angelica dan Joanne. Angelica dan Joanne selalu datang bermain di taman bermain milik Amellia setiap sore. Di sana mereka akan mengadakan jamuan minum teh. Impian setiap gadis kecil.

Dengan semua barang yang ia miliki, dan teman-teman yang baik bukankah Amellia harusnya adalah gadis yang bahagia?

Ternyata, tidak juga..

Amellia tampak murung, satu jam lagi perayaan ulang tahunnya yang ketiga belas dimulai, dan kedua orang tuanya belum datang juga.

Tuan dan Nyonya Fredderic adalah pebisnis yang selalu sibuk. Dan walau hari ini mereka telah berjanji akan pulang sebelum acara ulang tahun Amellia dimulai, tampaknya mereka tidak dapat menepatinya. Seperti dua belas acara ulang tahun sebelumnya.

“Aku berharap Papa dan Mama bisa datang ke ulang tahunku.” Doa Amellia.

Lillith yang sedang terbang di samping Amellia –tidak kelihatan tentunya, langsung mencatat doa yang dipanjatkan Amellia dan segera melesat terbang ke istana peri untuk menemui penasihat kerajaan peri.

****

Penasihat kerajaan peri tampak sibuk dengan pekerjaannya, ratusan tumpukkan kertas berserakkan di mejanya. Jenggot panjangnya menjuntai bersamaan dengan ayunan kacamata tebalnya ketika ia menulis.

“P-Permisi, T-Tuan Penasihat...” Sapa Amellia gugup.

“Oh ya, ada urusan apa Nona? Kalau bisa, agak cepat ya, saya sibuk.” Jawab penasihat sambil terus menulis tiada henti.

“Umm.. saya dari Akademi Peri Pelangi, saya peri pengantar doa, dan saya ingin mengajukan doa untuk dikabulkan.”

“Ya ampun, Hari Eronell sudah datang rupanya? Rasanya baru kemarin para gadis-gadis peri cilik itu datang mengajukan doa untuk dikabulkan, harusnya kucatat hal itu dikalender...”

“Jadi, tuan penasihat?”

“Ya, ya... baiklah mari kita mulai saja prosedur pengabulan doa. Saya akan menilai apakah doa itu pantas dikabulkan atau tidak, pertama sebutkan siapa yang berdoa.”

“Amellia Gwendoline.”

“Di kota mana?”

“Kota Emerald.”

“Ah, gadis paling kaya di Kota Emerald itu? Rasanya ia sudah cukup bahagia. Apa doa yang ia panjatkan?” Tanya penasihat sambil terus mengerjakan pekerjaannya.

“Agar ayah dan ibunya dapat datang ke pesta ulang tahunnya yang ketiga belas.”

“Dan apa alasanmu ia berhak mendapatkan pengabulan doa?”

“Ya.... Karena Amellia kesepian..”

“Bukankah kedua temannya Angelica dan Joanne selalu mengunjunginya setiap sore? Dari mana kau bisa mengatakan ia kesepian?”

“Umm... kehadiran orang tua berbeda dari kehadiran teman, Tuan.”

“Berbeda bagaimana??”

“Kehadiran teman memang dapat memberikan kebahagiaan, namun itu tidak akan sanggup untuk menggantikan kasih sayang yang hanya dapat diberikan orangtua. Amellia membutuhkan kasih sayang orangtuanya, namun sayangnya mereka selalu sibuk dengan bisnis mereka.”

“Jadi?”

“Amellia , selalu kesepian dengan ketidak hadiran orang tuanya, jadi menurut saya adalah hal wajar jika Amellia menginginkan untuk berkumpul bersama kedua orangtuanya di hari ulang tahunnya. ”

“Ya bolehlah... Dikabulkan ”

Selesai mengatakan kata “Dikabulkan” itu, sebuah bola kristal tiba-tiba muncul dari tangan kanan penasihat kerajaan, seberkas cahaya putih berpendar menyelimuti bola kristal itu. Kemudian perlahan-lahan Lillith dapat melihat gambar di mana Amellia meniup lilin ulang tahunnya bersama kedua orangtuanya. Amellia tampak bahagia di sana. Kemudian tampak gambar di mana mereka bertiga bermain bersama Amellia di halaman rumah mereka.

Lillith tersenyum senang.

“Baiklah nona... Umm siapa namamu?” Tanya penasihat mengejutkan Lillith.

“Lillith.” Jawab Lillith cepat.

“Lanny.. Leonny..Lianna.. nah ini dia Lillith.” Seru penasihat ketika mencari nama Lillith di tumpukkan kertasnya.

“Baik Nona Lillith, menurut daftar ini, kau harus mengantarkan doa dua anak lagi ; Fairuza dan Phillips.” Ujar penasihat sambil membolak-balikkan daftar pekerjaan Lillith.

“Sebaiknya kau cepat, Fairuza akan memanjatkan doanya sebentar lagi.” Saran penasihat.

“Baiklah, saya mohon diri.” Ucap Lillith.

****

Ternyata mengantarkan doa tidak sesulit yang dibayangkannya, walau tadi hampir saja ia tidak dapat menjawab pertanyaan penasihat. Untungnya ia selalu mendengarkan Nona Charlote ketika menjelaskan soal dunia manusia.

Lillith melesat cepat menuju utara Kota Emerald, di sana ia melihat sebuah peternakan yang sangat luas. Seorang anak laki-laki kira-kira berumur empat belas tahun tampak sedang memerah susu sapi. Beberapa saat kemudian, dua ember susunya sudah terisi penuh. Setelah meletakkan kedua ember tersebut ke dalam rumahnya, ia beranjak keluar untuk memberi makan ayam.

Ketika baru saja ia akan melemparkan biji-biji beras makanan ayam untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba seorang anak perempuan yang tampak lebih muda satu atau dua tahun dari anak lelaki tadi, keluar dan berteriak.

“Kak!! Kakaak!! Nenek Kak!! Badannya panas lagi!!” Teriak anak itu yang ternyata merupakan adik dari si anak lelaki tadi.

Yang dipanggil kakak segera meletakkan tempat makan ayam yang ia pegang, dan dengan setengah berlari, ia membuka pintu dan masuk ke dalam kamar dengan tergesa-gesa. Lillith dengan cekatan menghilangkan tubuhnya, kemudian mengikuti anak lelaki tadi.

Anak lelaki itu mengambil sebuah mangkuk besar dan mengisinya dengan air, kemudian diambilnya sebuah kain putih yang cukup tebal. Dan dengan tergesa-gesa ia menaiki titian anak tangga menuju lantai dua tempat neneknya sedang berbaring.

Adik sang anak lelaki itu sudah menunggu di sana, raut mukanya yang khawatir tampak jelas. Seorang dokter tampak sedang berdiri di sebelah adik si anak lelaki sambil memeriksa sang nenek. Ia meletakkan stetoskopnya di atas paru-paru sang nenek, kemudian ia menghela nafas dan menggeleng lemah.

Si kakak tadi yang ternyata bernama Fairuza mulai mengompres dahi neneknya dengan kain basah yang ia bawa. Sang dokter hanya menatap lemah, sambil tersenyum pahit.

“Jadi bagaimana dokter?” Tanya si adik.

“Dokter minta maaf, penyakit Nenek Maureen sudah tidak dapat disembuhkan lagi, paru-paru Nenek Maureen sudah mengalami kebocoran sehingga cairan tubuh masuk ke dalam paru-parunya.

“Maksud dokter, nenek akan.... meninggal?”

“Maafkan dokter Allysa...” Ucap si dokter penuh penyesalan.

Tangis Allysa tidak dapat dibendung lagi, air matanya menyeruak keluar dari dua bola mata biru bulat besarnya itu.

“Dokter Albert jahat!! Nenek bisa sembuh kan? Dokter Albert pasti benci sama nenek!! Iya kan Dokter? Dokter benci kan sama Nenek?!” Tangis Allysa sambil memukul-mukulkan kedua tangannya ke badan sang dokter.

Dokter Albert hanya dapat tersenyum pahit, ia menundukkan kepalanya sendu menatap Nenek Maureen yang sedang terbaring tidak berdaya dengan suhu badan yang tinggi dan nafas yang tidak beraturan.

Lillith menatap Fairuza. Anak lelaki itu terdiam mendengar kata-kata sang dokter. Mukanya memerah dan air matanya siap untuk keluar, namun sebelum hal itu terjadi, ia berlari keluar dari kamar sang nenek.

BRAAK!!

Fairuza membanting pintu kamarnya, air matanya keluar tidak berhenti menangisi keadaan neneknya, terbayang dua tahun yang lalu ketika ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan, Nenek Maureen datang ke peternakan ini dan mengasuh ia dan adiknya. Namun sekarang setelah ayah dan ibunya pergi, Nenek Maureen pun akan pergi.

Ia menangis, menangis tidak berhenti.

Lillith berada di sampingnya, walau ia ingin menghibur, namun sebagai peri pengantar doa, menunjukkan dirinya kepada manusia adalah hal yang dilarang.

“Kamu berada di sana kan, peri?” Ucap Fairuza tiba-tiba mengejutkan Lillith.

“K-kamu b-bisa melihatku?” Lillith terkejut, padahal ia sudah memakai mantra penghilang.

“Iya, kamu berusaha menghilangkan wujudmu kan? Percuma saja, Itu kemampuan aneh yang kudapatkan ketika berumur tujuh tahun” Kata Fairuza lagi

“....” Lillith terdiam.

“Aku melihatmu dari tadi mengikutiku, tadinya aku berpikir kau hanya lewat, hari ini banyak sekali peri yang lewat.”

“Pasti karena hari ini Hari Eronell.” Ucap Lillith dalam hati.

“Jadi apakah kau dapat menyembuhkan nenekku?” Tanya Fairuza yang dibalas Lillith dengan gelengan lemah.

“Kenapa tidak?” Tanya Fairuza lagi.

“Aku peri pengantar doa, tugasku hanya mengantarkan doa, menyembuhkan nenekmu diluar kemampuanku.” Kata Lillith lemah.

“Pengantar doa? Jadi kalau aku berdoa, doaku akan dikabulkan?” Tanya Fairuza , timbul setitik harapan di matanya.

“Mungkin...” Jawab Lillith lagi.

“Kenapa kau berkata mungkin??”

“Karena bukan akulah yang memutuskan doa berhak dikabulkan atau tidak, aku hanyalah pengantar... Tapi, tidak ada salahnya mencoba.” Kata Lillith berusaha memberikan semangat.

“Baiklah...”

Fairuza memejamkan matanya, ia mengatupkan kedua tangannya menghadap sinar matahari yang menerobos masuk dari jendela kamarnya. Sayup-sayup ucapan doa terdengar mendengung di telinga Lillith.

Kemudian ia mengambil kertas dan penanya, mencatat doa Fairuza dan terbang melesat pergi.

“Semoga doamu dikabulkan.”

Aku berharap nenek dapat sembuh, dan bermain bersama aku dan Allysa lagi –doa Fairuza

****

Penasihat kerajaan melepas kacamatanya dan mendesah pelan sebelum ia menatap Lillith lekat-lekat ketika membaca catatan doa Fairuza.

“Nona, aku minta maaf karena–“

“Doanya tidak dapat dikabulkan, ya aku mengerti.” Ucap Lillith sedih, kepalanya tertunduk menatap lantai kayu yang sudah basah dari tadi karena tumpahan air matanya.

“Kau tahu kenapa?” Tanya penasihat menguji.

“Karena setiap manusia mempunyai batas usia, dan usia Nenek Maureen sudah hampir habis.” Jawab Lillith akhirnya.

“Ya...” Jawab penasihat menghela nafas.

“Tapi, bolehkah aku meminta satu permintaan?” Tanya Lillith ragu-ragu.

“Katakanlah...” Kata penasihat.

“Dapatkah kau mengirim seseorang untuk menjaga mereka? Aku khawatir, mereka masih kecil dan–“

“Ya, akan kukirimkan salah satu peri pengasuh, berhentilah menangis.” Kata penasihat lagi.

“M-maaf...”

“Tak perlu minta maaf, aku turut berduka cita, tapi sebaiknya kau segera berangkat ke Rumah Phillips, Hari Eronell hampir berakhir, dan ingat kau harus mengabulkan dua dari tiga doa untuk bisa lulus.”

****

Awan mendung menghiasi langit, berduka atas kepergian Nenek Maureen. Samar-samar ia dapat melihat kilauan serbuk peri warna biru yang melesat menuju Perternakan Fairuza, penasihat memenuhi janjinya untuk mengirim peri pengasuh.

Lillith mengepakkan sayap menuju rumah Phillips. Phillips tinggal di sebuah rumah yang sederhana dan tidak terlalu besar, dengan hati-hati Lillith menghilangkan wujudnya dan terbang menuju jendela kamar lantai dua. Jendela Kamar Phillips.

Phillips tampak sedang memegang sebuah buku cerita bergambar besar, di depannya seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan sedang asyik memperhatikan Phillips. Phillips sedang mendongengkan mereka rupanya.

“Lagi, lagi! Cerita lagi Kak Phil!” Teriak ketiga anak kecil itu bersemangat.

“Hari ini cukup dulu yah, besok lagi, lihat tuh, hari sudah mulai gelap, kalian kan mau pulang dan makan malam.”

“Tapi...” Keluh ketiga anak itu.

“Eryn, Sabrina, Alex!! Ayo turun, mama kalian sudah datang menjemput!!” Suara Ibu Phillips memanggil dari lantai satu.

“Yaah, sudah dipanggil mama, nih Kak” Kata salah seorang anak perempuan yang berkepang kuda.

“Iya nih, tapi besok cerita lagi ya kak!” Kata anak perempuan yang memakai bando putih.

“Janji lho!” Kata si anak laki-laki.

“Iya, iya besok lagi kok, nah sekarang kalian pulang dulu yah.”

“Iya, dadah kak Phil!” Kata mereka bertiga bersamaan sebelum turun ke bawah.

“Daaah!” Kata Phillips sambil melambaikan tangannya.

Ketiga anak-anak itu turun dan menemui ibu mereka, Nyonya Green, kemudian mereka berempat berterima kasih kepada Nyonya Fiona –Ibu Phillips dan beranjak pulang. Phillips mengamati kepergian mereka dari lantai atas sambil melambaikan tangannya melepas kepergian anak-anak itu.

Setelah mereka tidak kelihatan lagi. Phillips menutup jendela kamarnya , ia menyalakan sebatang lilin dan mulai membaca tumpukkan buku-buku yang berserakkan di meja belajarnya.

Beberapa saat kemudian, ia menutup buku-buku itu, dan mulai menulis sesuatu di atas kertas. Karena penasaran Lillith pun mengintipnya.

Cleo si Gadis Ulang Tahun

Wah, ia menulis sebuah cerita!! Pikir Lillith tertarik.

Cleo adalah gadis yang manis, ia tinggal di sebuah rumah di tengah kota kecil. Penduduk kota sangat ramah kepada Cleo, dan Cleo pun sangat baik kepada mereka. Cleo adalah anak yang baik, kecuali pada satu hari. Hari Ulang tahunnya.

Pada Hari ulang tahunnya, Cleo akan bertindak semaunya, ia akan menolak jika disuruh membantu ayah dan ibunya. Hal pertama yang ia tanyakan jika bertemu seseorang adalah di mana hadiah ulang tahunnya.

“Aku berharap setiap hari adalah hari ulang tahunku.” Pikir Cleo pada hari ulang tahunnya yang ketiga belas.

Tiba-tiba seorang peri muncul dan....

“Lho?? Kok habis??” Pikir Lillith heran.

Ternyata Phillips sudah tertidur di atas meja sebelum menyelesaikan cerita yang ia buat, Lillith hanya bisa tersenyum kecut. Ia penasaran akan kelanjutan ceritanya.

“Aku harap, aku bisa menjadi seorang penulis cerita.” Igau Phillips ketika tertidur.

Lillith segera mencatat doa Phillips, melesat keluar dari jendela, dan menemui penasihat.

****

Hanya butuh sepuluh detik setelah penasihat membaca kertas catatan doa Phillips, sebelum ia mengatakan.

“Dikabulkan.”

“Lho? Tidak perlu alasan, Tuan Penasihat?”

“Alasannya sudah tercantum jelas, ia rajin membaca, dan rajin menulis, ceritanya bagus, itu sudah merupakan alasan yang sempurna untuk mengabulkan suatu doa, yaitu usaha. Jika kau berusaha keras sejak kecil maka cita-citamu–“

“Akan terkabul di masa depan nanti kan?”

“Nah, kau tahu itu, Lihatlah.” Kata si penasihat.

Ia memperlihatkan bola kristalnya yang mengeluarkan cahaya putih terang. Di sana Lillith dapat melihat Phillips sudah dewasa, ia sedang membacakan buku-buku karangannya kepada anak-anak kecil yang duduk di sekitarnya.

Mereka tampak memperhatikan dengan serius, sesekali mereka tersenyum dan tertawa. Phillips tampak bahagia.

“Dua dari tiga doa terkabul, ya kau lulus Nona Lillith.” Kata penasihat.

Lillith tersenyum.

****

Hari Eronell telah berakhir, murid-murid Akademi Peri Pelangi –termasuk Lillith kembali ke kelas mereka masing-masing. Di sana tampak para peri sedang asyik membicarakan hal yang baru mereka lalui.

“Makanannya enak-enak! Seandainya aku tak ingat aku adalah kokinya, pasti sudah kumakan habis kue-kue itu!!” Komentar Mellisa yang sudah menyelesaikan tugasnya sebagai peri koki.

“Dasar Gembul! Kalau aku sih, yang paling menarik adalah ketika aku berlomba lari dengan para kijang! Seru deh! Kalau kamu bagaimana Yoel?” Ucap Alex yang ditugaskan menjadi peri hewan sambil melirik Yoel.

“Eh... sedikit sibuk sih, mengatur buku di perpustakaan utama dunia manusia bukunya banyak sekali, tapi aku senang ketika membacakan buku cerita ke anak-anak SD Bintang Harapan.” Jawab Yoel yang ditugaskan menjadi peri kata-kata.

“Wah, bahkan si Yoel yang pendiam menyukai Hari Eronell yah, Kalau kamu Lillith, kamu bagaimana?” Tanya Mellisa lagi.

“Aku mempelajari sesuatu yang berharga.” Jawab Lillith kalem.

“Berharga? Apaan tuh?” Tanya Mellisa dan Alex bersamaan.

“Aku belajar, jika kita berdoa dan berusaha, suatu saat doa kita akan terkabul. Dan bila tidak, maka Tuhan mempunyai rencana yang lebih baik untuk kita. Walau kadang kita tidak mengetahuinya.” Jawab Lillith.

“Dari mana kau tahu itu??” Tanya Mellisa lagi.

“Dari doa tulus anak-anak...”

“Maksudnya?”


Lillith pun bercerita tentang pengalamannya. Dan tentu saja, kau sudah mengetahuinya.

-Tamat-

0 comments:

Post a Comment