Wednesday, May 16, 2012 | By: Life Stories

Bosan

Pernah nggak sih, merasa pada suatu titik, timbul dari dalam dirimu pertanyaan paling klasik umat manusia ; Apa yang ingin kau lakukan dalam hidupmu? Mau jadi apa? Nanti bagaimana? Kedepannya mau ngapain? Dan entah berapa baris kalimat-pertanyaan yang sama maksudnya.

Memangnya hidup itu cuma putaran siklus? Kamu dilahirkan agar sebersit bahagia terpancar dari kedua wajah lelah-sayu orangtuamu. Kemudian berbanggalah mereka, generasi penerus nama, darah, gengsi, dan rekombinasi unik asam deoksiribonukleat mereka telah hadir di tengah-tengah hiruk-pikuk tujuh milyar Homo sapiens lainnya.




Setelah itu, mereka menyekolahkan engkau di sekolah-sekolah terbaik, dengan harapan engkau menjadi nomor satu --entah di bidang apa saja-- karena hanyalah kilauan kemerlap karbon-berlian dengan nilai kekerasan sepuluhlah yang pantas menjadi perhatian di antara segegap gempita kerikil-batu.

Masa depanmu dibimbing teratur, hari ini kau masuk SD A, terus lanjutkan ke SMP B, dan setelah itu SMA C. Semuanya demi masa depanmu, agar masa depanmu kilau-kemilau ; gilang-gemilang ;terang-benderang, agar rasanya orangtuamu pantas membicarakan dirimu ketika acara minum teh hijau sore dengan senggegam kue coklat rendah gula bersama para teman-teman mereka, dan tidak merasa malu ; merasa puas ; dan merasa tidak gagal dalam kehidupan mereka.

Setelah kau lulus tahapan tingkat atas sekolah menengah, ditanyakanlah perlahan apa minat dan keinginanmu dan  dibiarkanlah kamu memilih universitas yang sesuai dengan minat dan bakatmu. Kalau bisa, diarah-arahkanlah dirimu agar memilih jurusan ber-prestise, terkenal, melayang-gengsi, sehingga setiap orang yang bertanya tentang anak mereka, harus membulatkan O lonjong, pada bibir bawahnya.

Setelah kamu lulus, diberikanlah kepadamu gelar manusia-dewasa yang sempurna, tidak illicit, tidak memotong jalur melalui proses nimfae untuk menjadi dewasa, kamu adalah manusia dewasa yang telah mendiami ribuan malam tapa dalam lintingan benang pupa, sehingga akhirnya sebuah fase terakhir metamorfosa yang tidak 'a' tidak 'hemi' tapi 'holo'-metabola yang sempurna diizinkan terpatri-ukir pada dirimu.

Yang berarti setelah kau menjadi manusia-dewasa kau harus memiliki kerja ; jika tidak menjadi artis, penulis, atau pemain sepakbola dengan gaji ratusan juta  pendapatan tetap adalah kudu,  lalu berkeluarga menjadi mesti, dan akhirnya generasi berikut --kumpulan kompleksitas baru wajib kau letakkan di Gaia ini.

Dan setelah laku wajib cucu-cucu lucu penghibur hari tua ayah ibumu kau haturkan, dan setelah kau mengulang siklus yang sama seperti yang dilakukan jutaaan generasi pendahulumu, kehormatan-sunyi liang kubur generasi akan menyambut dirimu dengan taburan doa.


Apakah hanya itu?



Menurutku tentu saja tidak. Kenapa? Karena kita adalah manusia. Manusia adalah bentuk dari kompleksitas paling kompleks. Predator puncak rantai makanan. Sosiomaniak sejati. Dan tentu saja esensi dari kumpulan atom egois yang tidak pernah mau disingkirkan seleksi alam.

Semua makhluk hidup di bumi ini, cukup puas dengan makan, minum, bereproduksi, berkeluarga, dan mati. Kecuali manusia. Manusia tidak pernah puas dengan simplisitas.

Untuk sekedar makan, kau harus menyediakan piring, sendok, garpu, dan makanan. Yang berarti dibutuhkan besi, alumunium, perak, tambang, pekerja tambang, pabrik logam, pekerja pabrik logam, pengemudi truk, penjual toko, pengantar barang, petani gandum, petani padi, petani cabai, peternak sapi, peladang garam, peternak ayam, peternak babi, mesin penjagal daging, penjagal daging, pembersih darah, pengepak daging kemasan, pekerja di pabrik pengepak, plastik untuk mengepak, pembuat plastik, penambang minyak untuk membuat plastik, tambang minyak, pengemudi truk (lagi), penjual toko (lagi), dan akhirnya manusia pembeli.

Dan untuk menjadi sukses dalam hidup kau minimal harus, nilai A di pelajaran matematika, bahasa, komputer, dan ilmu pengetahuan alam. Menghapal --yang entah kenapa harus dihapal-- puluhan nama ibukota, sungai, gunung, dan negara-negara yang ada di seluruh dunia. Menghapal --yang entah kenapa lagi harus dihapal-- nama-nama pahlawan, orang terkenal, orang berjasa, tanggal penting kejadian, dan hal-hal yang unik untuk dicatatkan dalam nilai pelajaran sejarah.

Sukses di universitas, anggota badan eksekutif mahasiswa, eksis demonstrasi di lapangan, masuk media -walau hanya figuran acara demonstrasi random, atau bakti sosial cari muka-, kemudian IPK minimal 3,5 lulus dengan magna cum laude dan mendapat tawaran pekerjaan di sepuluh perusahaan multinasional.

Gaji tujuh-delapan digit, employee of the month, karyawan favorit, kesukaan bos, dua tahun jadi manager, empat tahun jadi direktur, travelling lima puluh dua negara, ahli kuliner dunia, aset dua-tiga milyar properti, lima puluh kilogram emas batangan, dan entah berapa ratus juta di pasar saham.

Dan akhirnya berkeluarga besar, pindah ke mansion, lima generasi dalam satu atap. Terkenal. Dicalonkan jadi presiden atau wakil presiden. Memimpin negara. Negara yang sangat makmur dan sejahtera. Dan akhirnya mati dalam legenda.


Kedengarannya indah bukan?
Tentu saja!

Tapi apakah itu kehidupan yang ideal?
Mungkin.

Karena kau tidak akan dapat mencapai titik keberhasilan terus menerus.

Dan jika tiba saatnya kau berdiri di suatu titik. Menanyakan apakah yang akan kulakukan dalam hidup ini.

Mungkin kau tak akan sesukses manusia-dalam-gambaranku. Atau merasa kegagalan terus menghantuimu.

Jika kau merasa tidak mampu, tidak cukup berbeda, tidak cukup berani, dan tidak cukup entah apalah. Ikuti saja hidup seperti air, meliuk-liuk dalam cawan yang ditentukan, tidak terlalu buruk kok. Mayoritas empat ratus ribu tahun generasi umat manusia telah melakukannya.

Dalam anggapan, bersikaplah seperti yang dilakukan banyak orang. Tidak berbuat apa-apa.


Become majority is the best way to feel that you're in the right track.

Tapi ingatlah

Diantara lembah-lembah bebatuan dan lumpur ; kilau kemilau permatalah yang paling terlihat.

Karena kalianlah manusia ; yang menginginkan agar tidak dilupakan dan diingat untuk waktu yang lama.

Become majority is become ordinary ; and ordinary is part of forgotten history.

Be different!

0 comments:

Post a Comment