Wednesday, August 25, 2010 | By: Life Stories

Nostalgic days

Hari ini entah kenapa saya merasa nostalgic dan melancholic
Setelah selesai belajar tadi, saya tidur-tiduran, dan entah kenapa "ia" kembali


Serpihan memori itu


Memori dari dua tahun yang lalu


****


Hari itu saya libur. Karena pendidikan jenjang sekolah menengah pertama baru saja saya tamatkan, sebuah ijazah tercetak dengan tulisan "lulus UN" diatasnya terpampang di meja saya,  di bawahnya angka 8.925 menemani si tulisan lulus.

Jujur saya lumayan puas dengan prestasi akademik saya, dengan nilai itu saya dapat masuk ke SMAN 78 Jakarta, satu-satunya SMA di Indonesia dengan sistem SKS.

Tapi hanya itulah hal yang saya syukuri dalam hidup saya , hanya itulah hal yang dapat katakan saya puas



Saya hari itu duduk di depan komputer, laiknya remaja pada umumnya saya sedang terpaku bermain game online dan sesekali ber-rpg making ria. Hari itu, saya masih ingat kategori saya : chubby boy, intravert, have very little friends, have no hobby, and have no life.

Lima jam dalam sehari di depan komputer,hanya bermain game online seharian? apa itu dapat disebut suatu kegiatan yang bermanfaat? Anda tak perlu disertasi tingkat doktor untuk menjawabnya, jawabannya simpel : Tentu tidak.

Hari itu saya masih ingat, sebuah turning point terjadi di dalam hidup saya.

Kakak sepupu perempuan saya hari itu datang, dia bercerita panjang lebar tentang masa kuliahnya, di benak saya terbersit rasa iri, kakak sepupu saya sudah kuliah. Sedangkan saya masih duduk santai disini bermain game online seharian, mau jadi apa saya?

Beberapa saat kemudian, bosan dengan pembicaraan. Kakak sepupu saya mengatakan ia ingin meminjam komputer. Buat buka facebook katanya, ya saya izinkan saja, lagipula saya bosan.

Ketika itu (dan sampai sekarang) saya memang belum memiliki facebook ,buat apa sih? itu pikiran saya.

Setelah selesai membuka facebook, kakak sepupu saya membuka website lain, grafiknya berwarna hijau dengan latar putih, sederhana tapi menarik, saya iseng bertanya, itu website apa?

Dengan sedikit tertawa ia menjawab, itu website kepenulisan, namanya kemudian.com di sana kata kakak sepupu saya, kita dapat memposting cerita dan puisi, ia sudah memposting beberapa puisi dan ia ingin mengecek komentar yang ada.

Saya tertegun.

Saya suka membaca, terus kenapa saya tidak mencoba menulis? Sepertinya tidak terlalu sulit, pikiran itu terlintas dalam benak saya.

Beberapa hari setelah kakak saya pergi, saya mencoba mendaftarkan diri di sana. Awalnya saya belum mengerti dengan sistem yang mengharuskan saya memberikan apresiasi kepada karya lain sebanyak empat kali untuk mengumpulkan dua puluh point yang dibutuhkan untuk mengepost suatu karya.

Setelah menyadari sistem itu, saya sedikit mengeluh, tapi ya sudahlah, saya ikuti saja. Maka mulai berkomentarlah saya, awalnya sih saya hanya dapat berkata beberapa baris kata seperti ; ya itu keren, bagus, amazing atau worth-to-read story.

Setelah itu saya mencoba mem-post salah satu puisi saya, lima menit kemudian datanglah tanggapan, beberapa tanggapan awal berupa apresiasi dan pujian, saya senang, merasa dihargai.

Tapi beberapa jam setelahnya datanglah kritik, menurut mereka puisi saya terlalu panjang, dan penggunaan diksi (gaya bahasa) dan majasnya terlalu standar. Tapi entah kenapa, walau sedikit kesal saya tidak sakit hati, setelah saya berpikir kenapa, ternyata karena mereka menyampaikannya dengan cara yang ramah, dan memberi alasan yang reasonable dan easy to understand.

Oh begini ternyata dunia kepenulisan, pikir saya. Tidak terlalu buruk. Beberapa saat kemudian saya mencoba mem-post lagi, dan apresiasi yang saya dapat di post kedua lebih beragam daripada post pertama, saya semakin semangat.

Dalam euforia itu, saya mencoba untuk mem-post ketiga kalinya, ehh tidak bisa, kenapa? ternyata kemudian.com hanya mengizinkan post sebanyak dua kali dalam sehari, untuk memberikan kesempatan bagi karya member-member lain diapresiasi.

Jadilah saya semakin rajin membaca, semakin rajin menulis, luar biasa pikir saya, saya memiliki hidup baru!

****

Beberapa bulan kemudian timbul suatu keinginan baru, saya ingin menulis cerita! ya cerita! selama ini saya selalu menulis puisi, dan entah kenapa saya semakin bosan dengan post-post puisi yang didominasi tema cinta, saya mual dan jujur ingin muntah.

Awalnya saya berpikir, apa sih susahnya membuat cerita? Bukankah kita tinggal tulis sana, tulis sini, ketik sana, dan ketik sini?

Mencobalah saya membuat cerita...

Setelah mencoba saya menyadari bahwa ternyata  pembuatan cerita tidaklah semudah itu, karya pertama saya gagal total : minim deskripsi, dialog kaku, dan karakterisasi yang hancurnya mengerikan, dan logika cerita yang tidak masuk akal menjadi penghias utama cerita pertama saya.

Tapi anehnya, karya saya mendapat apresiasi positif ketika di post, aneh-aneh saja pikir saya. Tapi akhirnya ada beberapa member senior yang menyampaikan kritik kesalahan cerita, saya berniat meng-edit,  tapi biarlah pikir saya, biarkan itu sebagai pengingat kesalahan.

Karya saya yang pertama bersambung, terpisah menjadi empat bagian, masing-masing hanya 800-1000 kata, waktu itu saya menganggap menulis sebanyak itu sudah luar biasa banyak, tapi ketika saya membaca cerpen-cerpen lain yang berisi 2500-3000 kata, saya menyadari karya saya terlampau sedikit.

Saya tidak menyerah, saya makin rajin membaca, mempelajari teknik deskripsi, alur, dan narasi, walau saya belum benar-benar menguasai cara karakterisasi, paling tidak dalam enam bulan kemampuan saya meningkat.

Saat itu cerita saya masih berada di genre non-fiksi, mengulas realita dari sisi yang terpinggirkan. Dengan bekal latar belakang puisi, hobi membuat quote, dan penyusunan narasi yang dipuitisasi saya berhasil membuat beberapa karya yang menurut saya jauh lebih baik dari karya pertama saya. Dan jujur saja ketika saya membaca karya pertama saya lagi, saya bertanya-tanya, ini benar-benar tulisan saya?

Beberapa bulan kemudian, santer terdengar di kemudian.com terjadi krisis genre fiksi, lebih tepatnya di genre fantasi, dan seorang member senior disana, mempelopori pembuatan grup fantasi yang baru, saya tertarik melihatnya, saya mengenal member itu sebagai salah satu member yang atraktif,  jujur dia sepertinya social butterfly, dan dia juga mengomentari cerita saya dengan ramah dan dengan kritikan yang reasonable dan ber-emoticon-ceria.

Saya berpikir, apa salahnya sih sedikit mengintip?

Ternyata itu hal yang salah.

Saya tercengang, karya-karya fantasi mereka benar-benar luar biasa, saya seperti membaca sebuah part dari novel yang akan laris diterbitkan, it's totally amazing!! I can't tell you more than I so stunned and speechless, itu komentar saya.

Saya tergoda, saya ingin seperti mereka.

Saya mencoba membuat karya fantasi pertama saya. Well, saya lumayan proficient dalam komedi sarkastik, jadi sepertinya tidak ada salahnya menambahkannya ke cerita saya, setelah mem-postnya saya mendaftar ke grup fantasi tersebut.

Karya saya awalnya menurut saya lumayan, tapi karena tidak memakai plot di awal cerita, penyakit lama saya kumat, minim deskripsi, dan perpindahan latar yang terlalu cepat menghiasi cerita saya, mungkin ini diakibatkan cara berpikir saya yang terlalu cepat, atau saya yang kurang teliti? entah saya tak tahu

Akhirnya dengan berat hati saya menyatakan hiatus! hiatus adalah bahasa keren yang artinya menunda suatu karya dengan memasukkannya ke freezer ide untuk beberapa lama. Bahasa simpelnya, : ditunda

Beberapa waktu kemudian lomba menulis cerpen fantasy dimulai, Judul lombanya fantasy fiesta 2010, saya tertantang untuk mencoba ikut walau hanya memiliki kemampuan pas-pasan.

Kenapa tidak ?pikir saya. Hadiahnya menjanjikan, dan jurinya merupakan para expert dalam dunia per-fantasi-an indonesia.

Tapi entah kenapa, penyakit gila itu menyerang saya

Ya, penyakit yang disebut writer's block

Penyakit mengerikan dimana seorang penulis akan kehilangan ide dan semangat dalam menuliskan cerita.

Saya terkena penyakit itu.

Dan selama tiga dari empat minggu batas waktu pembuatan saya benar-benar blank tak ada ide.

Tiba-tiba keajaiban datang, saya mendapat ide, lumayan idenya pikir saya, saya bersiap menulisnya, namun baru ingat besok ada ulangan matematika, oh Well, pikir saya, menunda satu hari tidak akan ada masalah.

Ternyata besok saya sakit,demam satu hari, dan flu dua hari. Luar biasa pikir saya. Saya sudah hampir menyerah di H-3 , tapi entah kenapa suara hati saya berkata lain,

Ayo!! Tiga hari itu lebih dari cukup!! Tulis sekarang!  Walau kamu tidak menang, paling tidak kamu sudah berusaha dan mengasah kemampuanmu!

Emosi saya terketuk, semangat saya terpompa, saya memutuskan untuk menulis. Tiga hari itu saya full menulis, PR kesenian saya acuhkan, walau sedikit merasa bersalah, tiga jam sebelum deadline, saya berhasil mengirimkannya.

Sekarang saya tinggal menunggu, ulasan fantasy fiesta 2010 yang akan keluar 31 agustus 2010 nanti, saya menang? jangan harap, dapat ulasan dari para experts saja sudah bahagia.

Sementara itu, saya iseng membuka website resmi penyelenggara fantasy fiesta 2010 di sana saya membaca perjuangannya menerbitkan novel, ia sudah menjadi penulis sejak umur 9 tahun, dan novel pertama yang diterbitkan adalah novel ke sepuluhnya.

Saya tercengang, ia memulai dari umur 9 tahun, sedangkan saya memulainya dari umur 14 tahun, dan sudah 2 tahun sejak saat itu saya mendalami dunia kepenulisan, dan berapa novel , atau paling tidak rancangan novel yang sudah saya buat? hanya ada satu berupa rancangan, dan satu lagi masih berupa ide.

Tiba-tiba hati kecil saya menyeletuk lagi.  

Hei, kau sudah 16 tahun, dua tahun lagi kau akan kuliah, kalau tidak dari sekarang, kapan lagi Kau akan membuat novel? kau ingin jadi penulis kan? Kalau Kau gagal, Kau akan masuk ke kedokteran,ekonomi, atau bahkan hukum, atau lebih parah lagi, akuntansi!  Kau akan berakhir menjadi pekerja kantoran yang selama ini kau cap membosankan, Kau mau itu?

Tidak, tentu saja tidak. Aku tidak mau!


Jadi, tunggu apa lagi? Menulislah!

=Aku membuka Ms.word=

0 comments:

Post a Comment